Universitas Syiah Kuala melaksanakan Sidang Terbuka Senat Akademik Dalam Rangka Pengukuhan Profesor pada Rabu, 26 Februari 2025 di gedung AAC Prof Dayan Dawood Universitas Syiah Kuala. Adapun salah satu Profesor yang dikukuhkan adalah Prof Abdullah yang merupakan dosen pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP USK, sekaligus kepala Pusat Riset Konservasi Gajah dan Biodiversitas Hutan (PKGB) USK.
Prof. Dr. Abdullah, S.Pd., M.Si, menyampaikan pidato ilmiahnya dengan judul “Strategi Mitigasi Konflik Gajah Sumatera dengan Manusia Berbasis Ekologi Perilaku dan Teknologi Peringatan Dini Menuju Koeksistensi Manusia dan Satwa Liar”. Saat ini, berita mengenai konflik antara manusia dengan satwa liar, terutama gajah Sumatera, hampir setiap bulan kita temukan ada di sosial media, media elektronik, dan lainnya.
Hal ini telah menjadi isu yang mendesak dan membutuhkan penyelesaian yang serius. Peralihan fungsi lahan oleh manusia dan pengelolaan yang tidak ekologis, memunculkan konflik yang tidak hanya merugikan manusia, namun juga mengancam keberadaan gajah Sumatera. Manusia yang mencari nafkah pada area koridor gajah, merasa sangat terganggu dengan adanya konflik ini. Namun, di sisi lain gajah Sumatera juga sudah tidak tahu kemana harus pergi pada saat diusir oleh manusia. Padahal, jika ditelusuri sejarah masa lampau, yaitu pada masa Sultan Iskandar Muda, beliau sangat menjunjung tinggi keberadaan gajah dan masyarakat pada saat itu turut menjaga gajah di alam dan mampu hidup secara berdampingan.
Masalahnya saat ini adalah, tetap saja ada konflik yang terjadi, karena masih banyak faktor-faktor yang belum ditemukan atau dikaji secara ilmiah. Oleh karena itu, Prof Abdullah berusaha mengkaji, bagaimana caranya agar manusia dengan gajah bisa hidup berdampingan tanpa adanya konflik, atau dikenal juga dengan istilah koeksistensi. Manusia sebagai khalifah di muka bumi dan gajah adalah makhluk ciptaan Tuhan yang harus dilindungi, apalagi jumlahnya semakin berkurang di hutan liar.
Adapun strategi mitigasi konflik gajah manusia menuju koeksistensinya dalam habitat berdasarkan ekologi perilaku gajah adalah (1) mitigasi ekologis, yaitu kajian mengenai penetapan core habitat berdasarkan perilaku makan, perilaku pemilihan habitat, dan pembentukan wildlife sanctuary & corridor; (2) mitigasi buatan (artificial) dan bio-barrier, yaitu pemisahan Kawasan pemukiman dan habitat satwa; (3) mitigasi sosial; (4) potensi mitigasi teknologi early warning system; dan (5) koeksistensi gajah dan manusia (wildlife sanctuary management & barrier)
“Semoga penyelesaian konflik satwa dengan manusia lebih mengedepankan konsep ekologi hewan dan perilakunya menuju solusi permanen dan harmonisasi satwa dengan manusia”, harap Prof. Abdullah dalam penutupan orasinya.
Penulis: Cut Intan Evtia Nurina, S.Pd., M.Pd.
Editor: Hendra Yulisman, S.Pd., M.Pd.