Pusat Riset Konservasi Gajah dan Biodiversitas Hutan (PKGB) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh melakukan panen perdana Jamur Merang, di Gampong Limpok, Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar. Lia Nur Afrija, S.Pd sebagai pengelola budidaya Jamur Merang mengatakan pengolahan media tanam dengan ampas sawit, pada saat tabur bibit, sepuluh hari kedepan sudah ada rintisan jamur.
“Sepuluh hari dapat dipanen itu paling cepat, tergantung dari bibit. Kalau bibit semua bagus, namun tergantung proses pemasakan,” ujarnya.
Kemudian jamur siap panen, dapat dipanen sampai 20 hari selanjutnya, meskipun ada penurunan jumlah. Lia mengatakan panen jamur bisa sampai 100kg dihari pertama. Harga jual jamur sendiri Rp60.000/kg.
Sayangnya penjualan jamur ini lebih banyak di Kecamatan Darussalam, Aceh Besar dan Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh. Untuk distribusi ke kecamatan lain masih sangat terbatas, karena selain dalam proses pemasaran, jumlah kumbung jamurnya baru tersedia dua unit sehingga membutuhkan bantuan dan kerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Besar maupun Kota Banda Aceh untuk pengembangan lebih lanjut kedepan.
Selanjutnya, Penanggung Jawab Divisi Kewirausahaan PKGB Universitas Syiah Kuala. Ikhlas Wahid, M.Pd mengatakan awal mula ide budidaya ini berasal dari hasil rapat bersama pengelola Pusat Riset Gajah dan Biodiversitas Hutan demi mendukung program ketahanan pangan bagi masyarakat.
”Lokasi kumbung jamur saat ini berada di Gampong Limpok, di lahan yang berstatus sewa dari salah satu masyarakat setempat”, ujarnya.
Dengan kegiatan penyediaan kumbung (tempat budidaya jamur) komplit dengan penyediaan bibit. Lia berharap hal ini dapat dimanfaatkan kelompok tani, kemudian dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Gampong Limpok.
Kepala PKGB USK, Dr. Abdullah, M.Si mengatakan, pihaknya sangat berbangga dengan andil dari Divisi Kewirausahaan PKGB.
“Kami sebagai pihak kampus, mengerahkan untuk membina dan membimbing supaya tingkat keberhasilan sesuai dengan yang diharapakan, Kemudian mutu jamurnya berkualitas, sehingga ke depannya dapat dibudidayakan di kecamatan lainnya di Kabupaten Aceh Besar maupun di Kota Banda Aceh” ujarnya.